Alhamdulillah pada kesempatan kali ini, mari saya mengajak kita semua untuk mencoba
mentafakuri tujuh kebiasaan manusia yang sangat efektif (biasa dikenal
dengan “The Seven Habits of Highly Effective People” yang ditulis oleh
Dr. Steven R.Covey.), dalam Islam (dihubungkan dengan ayat-ayat Alquran
dan hadits).
Tak lupa sampaikanlah sholawat dan salam kepada
nabi besar Muhammad saw pembawa panji kebenaran dengan cahayanya membawa
umatnya yang tadinya gelap ke jalan yang terang. Salamku dengan
kerinduan padamu tuk berjumpa di alam keabadian..wahai habiballah..
Ada beberapa
versi seven habit dalam Islam, kucoba menggabungkan dari beberapa sumber
di beberapa blog.
Dalam seven habits tersebut banyak nilai islami yang
bisa kita rasakan hikmahnya. Bukankah Rasulullah SAW pernah bersabda: “
Hikmah itu milik orang Islam, di mana pun kamu mendapatkannya
ambillah.”
Apakah kebiasaan itu?. Kebiasaan adalah pertemuan
antara ‘knowledge’ [ pengetahuan ], ‘skill’ [ keterampilan] dan ‘desire’
[ keinginan ]. Menghentikan kebiasaan marah misalnya, tidak cukup
dengan memiliki pengetahuan tentang terdapatnya hubungan negatif antara
marah dengan kesehatan jiwa dan raga dan larangan dalam agama Islam
(pengetahuan) dan mengetahui cara mengendalikan marah (ketrampilan).
Diperlukan keinginan darinya sendiri tuk menghentikan kebiasaan marah.
Mengubah kebiasaan mensyaratkan ketiganya.
Berikut adalah 7 kebiasaan manusia yang sangat efektif.
Kebiasaan 1 : Jadilah Proaktif
Bersikap
proaktif adalah lebih dari sekedar mengambil inisiatif. Bersikap
proaktif artinya bertanggung jawab atas perilaku kita sendiri (di masa
lalu, di masa sekarang, maupun di masa mendatang), dan membuat
pilihan-pilihan berdasarkan prinsip-prinsip serta nilai-nilai ketimbang
pada suasana hati atau keadaan. Nilai-nilai buat seorang umat Islam
terdapat di dalam Alquran.
Pada surat Al Isro:15 disebutkan
"barangsiapa berbuat sesuai dengan petunjuk (Allah) maka sesungguhnya
itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa tersesat maka
sesungguhnya (kerugian) itu bagi dirinya sendiri. Kita diberi "freedom
to choose" / kebebasan untuk memilih jalan yang akan kita tempuh dan
sadar akan harga sebuah pilihan. Tiada yang abu-abu, yang ada hitam atau
putih. Konsekuensi dosa atau pahalakah yang akan kita dapatkan,
semuanya sudah diantisipasi, "tindakan mencegah lebih baik daripada
mengobati".
Orang-orang proaktif adalah pelaku-pelaku perubahan
dan memilih untuk tidak bersikap reaktif, untuk tidak menyalahkan orang
lain. Mereka menggunakan Pendekatan Dari Dalam Ke Luar untuk menciptakan
perubahan. Mereka bertekad menjadi daya pendorong kreatif dalam hidup
mereka sendiri, yang adalah keputusan paling mendasar yang bisa diambil
setiap orang.
Dalam surat Ar Ra'd:11 disebutkan "sesungguhnya
Allah tidak akan mengubah suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan
diri sendiri". Keinginan untuk berubah menjadi lebih baik sangatlah
dibutuhkan agar kita mempunyai spirit/semangat untuk melakukan
perubahan. Tanpa itu, semuanya tinggal mimpi, cita-cita yang kita
harapkan tak akan tercapai.
Orang proaktif bisa menjaga dirinya agar
tetap bahagia. Namun ternyata banyak juga yang merasa tidak bahagia
terhadap kehidupannya. Mereka kira bahawa ketidakbahagiaan mereka
disebabkan karena apa yang terjadi pada diri mereka. Padahal yang
sebenarnya adalah karena cara mereka memberi makna atas apa yang
terjadi. Sebagai orang Islam yang proaktif, selalu ada pilihan untuk
bereaksi secara positif terhadap situasi yang negative dengan panduan
manual book Alquran dan hadits. Dengan kata lain, kitalah yang
memprogramkan kehidupan kita sendiri.
Sebagai seorang pro aktif,
iqro ke dalam diri (dalam konteks mengoreksi diri sendiri) bukan iqro
kepada orang lain lebih efektif membangun diri ini sebagaimana
diriwayatkan pula oleh at-Tirmidzi (ibnu Majah, Ahmad, dan
ath-Thabrani), Syaddad bin Aus mengatakan bahwa Rasulullah Muhammad
pernah bersabda “Orang yang pintar adalah orang yang mau mengoreksi
dirinya sendiri dan beramal untuk masa setelah mati, orang yang bodoh
adalah orang yang selalu menuruti hawa nafsunya dan berharap sesuatu
yang baik kepada Allah”.
Jika sudah memahami kebiasaan yang pertama, baru kita bisa merumuskan kebiasaan yang ke 2.
Kebiasaan 2 : Merujuk pada Tujuan Akhir
Kebiasaan
kedua adalah kebiasaan memiliki visi, misi dan tujuan. Kebiasaan ini
menunjukkan arah dan cara menjalani hidup serta menentukan hal-hal yang
penting dalam hidup. Islam mengajarkan pentingnya goal setting
sebagaimana Rasulullah Saw menyatakan segala sesuatu tergantung pada
niatnya (innamal a'malu binniat..hadits yang mudah dihafal..:-)
Jika boleh diri ini mau merumuskan visi misi tujuan hidup di dunia ini. Bismillahirohmaanirrohim..
Mampu atau belum mampu, kita harus berani menuliskannya.
Visiku ingin menjadi penghuni surga dan berjumpa denganNya dan kekasihNya yang termulia Nabi Muhammad saw
Untuk
itu, misiku sebagaimana di surat Adzariyat:56 "Aku tidak menciptakan
manusia dan jin melainkan agar mereka beribadah padaku" (beribadah 24
jam-mahdhoh ghoiru mahdhoh)melaksanakan semua perintahNya menjauhi
segala laranganNya dengan niat lillahi ta'ala (ibadah) dan menjadikan
nabi Muhammad sebagai suritauladan dengan menjalankan sunnahnya
Tujuanku
di dunia ini untuk mendapatkan ridho Allah yaitu mendapatkan kebaikan
di dunia dan di akhirat (Albaqarah:213) dan barangsiapa bahagia akan
masuk surga (Hud:108); jika disingkat dunia bahagia akhirat surga.
(Notes:
makna bahagia bukanlah materi tapi immateri, "barangsiapa mengikuti
petunjukKu tiada rasa takut tidak pula ia bersedih hati". Bahagia yang
datang dari ketaatan padaNya)
Kelihatannya masih lipservice,
sesungguhnya malu aku menulisnya, tapi dengan namaMu ijinkan aku ya
robb..hambaMu yang dhoif ini tuk menuliskannya tuk membenamkannya dalam
hatiku.
Kebiasaan 3 : Dahulukan yang Utama
Mendahulukan
yang utama merupakan kebiasaan yang menuntut integritas, disiplin dan
komitmen. Mendahulukan yang utama artinya mengorganisasikan dan
melaksanakan, apa-apa yang telah diciptakan secara mental (tujuan Anda,
visi Anda, nilai-nilai Anda, dan prioritas-prioritas Anda).
Allah
berfirman dalam Surah Al-Mukminun 23:1-3, “ Sungguh berhasil
orang-orang mukmin, iaitu orang –orang yang khusyu’ dalam solat mereka
dan orang-orang yang berpaling dari perbuatan dan percakapan yang
sia-sia ”, dan dalam Surah Al-Ashr 103:1-3, “ Demi masa sesungguhnya
manusia dalam kerugian kecuali orang-orang beriman dan beramal soleh,
saling berpesan dengan kebenaran dan saling berpesan dengan kesabaran ”.
Juga dalam Surah Al-Insyirah 94:7-8, “ Maka apabila engkau telah
selesai [ dari suatu urusan ], maka kerjakanlah [ urusan lain ] dengan
bersungguh-sungguh dan kepada Tuhanmulah kamu berharap ”. Kebiasaan
ketiga menekankan pentingnya memanfaatkan waktu.
Ada istilah yang
memudahkan untuk membuat prioritas yaitu UUT (Ujung-Ujungnya Taat
kepada Allah) atau UUM (Ujung-Ujungnya Membangkang kepada Allah). Semua
yang diprioritaskan untuk menambah kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Dengan saringan Alquran dan hadits, UUT dan UUM terasa bedanya, jika
ditafakuri, dengan menggunakan akal untuk berfikir dan hati untuk
merasakan.
Kebiasaan 4 : Berpikir Menang/Menang
Berpikir
menang/menang adalah cara berpikir yang berusaha mencapai keuntungan
bersama, dan didasarkan pada sikap saling menghormati dalam semua
interaksi. Berpikir menang/menang adalah didasarkan pada kelimpahan –
“kue” yang selamanya cukup, peluang, kekayaan, dan sumber-sumber daya
yang berlimpah – ketimbang pada kelangkaan serta persaingan. Berpikir
menang/menang artinya tidak berpikir egois (menang/kalah) atau berpikir
seperti martir (kalah/menang). Dalam kehidupan bekerja maupun keluarga,
para anggotanya berpikir secara saling tergantung – dengan istilah
“kita”, bukannya “aku”. Berpikir menang/menang mendorong penyelesaian
konflik dan membantu masing-masing individu untuk mencari solusi-solusi
yang sama-sama menguntungkan. Berpikir menang/menang artinya berbagi
informasi, kekuasaan, pengakuan, dan imbalan.
Ada kisah Muhammad bin Abdullah tentang "hajar aswad".
...
Saat
perbaikan kabah, ketika dinding kabah telah dibangun dalam batas
ketinggian tertentu, tiba saatnya untuk pemasangan Hajar Aswad pada
tempatnya. Pada tahap ini, muncul perselisihan di kalangan pemimpin
suku. Masing-masing suku merasa bahwa tidak ada suku yang lain yang
pantas melakukan perbuatan yang mulia ini kecuali sukunya sendiri.
Karena hal ini, maka pekerjaan konstruksi tertunda lima hari. Masalah
mencapai tahap kritis, akhirnya seorang tua yang disegani di antara
Quraisy, Abu Umayyah bin Mughirah Makhzumi, mengumpulkan para pemimpin
Quraisy seraya berkata, "Terimalah sebagai wasit orang pertama yang
masuk melalui Pintu Shafa. Semua menyetujui gagasan ini. Tiba-tiba
Muhammad bin Abdullah muncul dari pintu. Serempak mereka berseru itu
Muhammad, al-Amin. Kita setuju ia menjadi wasit!
Untuk
menyelesaikan pertikaian itu, Nabi meminta mereka menyediakan selembar
kain. Beliau meletakkan Hajar Aswad di atas kain itu dengan tangannya
sendiri, kemudian meminta tiap orang dari empat sesepuh Mekah memegang
setiap sudut kain itu. Ketika Hajar Aswad sudah diangkat ke dekat pilar,
Nabi meletakkannya pada tempatnya dengan tangannya sendiri. Dengan cara
ini, beliau berhasil mengakhiri pertikaian Quraisy yang hampir pecah
menjadi peristiwa berdarah. Subhanallah, nabi kita tercinta berfikir win
win agar semuanya bisa dijalani dengan mementingkan semua pihak.
Allahumma sholli alaa sayyidina muhammad.
Kebiasaan 5 : Berusaha untuk Memahami Terlebih dulu, Baru Dipahami
Kalau
kita mendengarkan dengan seksama, untuk memahami orang lain, ketimbang
untuk menanggapinya, kita memulai komunikasi sejati dan membangun
hubungan. Kalau orang lain merasa dipahami, mereka merasa ditegaskan dan
dihargai, mau membuka diri, sehingga peluang untuk berbicara secara
terbuka serta dipahami terjadi lebih alami dan mudah. Berusaha memahami
ini menuntut kemurahan; berusaha dipahami menuntut keberanian.
Keefektifan terletak dalam keseimbangan di antara keduanya.
Salah
satu rahasia keberhasilan Rasulullah dalam berbagai dialognya adalah
kesediaan beliau menjadi pendengar yang baik. Rasululllah tidak saja
pandai berbicara, tapi juga pandai mendengar. Selain menjadi pembicara
yang baik, beliau adalah pendengar yag sangat baik. Dengan mendengarkan
beliau akan memahami maksud dari apa yang diutarakan dari lawan
bicaranya. Berikut ini kisah Rasulullah ketika berdialog dengan
perunding ulung yang akhirnya takluk setelah berdialog dengan beliau.
Ketika
Rasulullah sudah mulai melakukan da’wah secara terbuka, kaum kafir
Quraisy gundah dan guncang hatinya. Mereka ingin membendung aktivitas
da’wah Muhammad dengan segala cara. Salah satunya adalah dengan mengutus
Utbah bin Rabi’ah untuk melakukan negoisasi.
Dalam sebuah
riwayat disebutkan bahwa Utbah duduk di sebelah Rasulullah saw seraya
berkata: “Wahai anak pamanku, sesungguhnya engkau mengetahui secara
pasti kedudukanmu di tengah-tengah kaummu. Engkau telah memecah-belah
barisan mereka, engakau caci-maki tuhan-tuhan mereka, dan engkau
kafirkan nenek moyang mereka. Karena itu dengarkanlah kata-kataku: Aku
akan menyampaikan beberapa tawaran, mudah-mudahan kamu mau menerima
sebagiannya.”
(Beliau tidaklah marah dituduh seperti itu. Tidak juga
langsung menjelaskan panjang lebar tapi beliau memahami terlebih dahulu,
subhanallah)
Rasulullah berkata: “Wahai Abl Walid, katakanlah. Aku
akan mendengarnya.” Lalu Utbah bin Rabi’ah mengutarakan panjang lebar
segala tawarannya. Ketika selesai, Rasulullah kembali bertanya: “Sudah
selesaikah wahai Abul Walid?” Ia menjawab, “Sudah.”
Rasulullah
kemudian berkata: Sekarang dengarkanlah kata-kataku. Ia pun menjawab:
“Silahkan” Lalu Rasulullah membacakan beberapa ayat dari surat Fushilat.
Sampai pada akhirnya beliau membaca ayat sajadah (ayat 37), dan beliau
bersujud. Lengkapnya ayat itu berbunyi:
“Dan sebagian tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah
bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi
bersujudlah kepada Allah yang Menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya
saja menyembah.”
Setelah itu beliau berkata kepada Utbah, engkau
telah mendengarkannya dan kini silahkan temukan sikapmu. Utbah segera
bangkit dari tempat duduknya, lalu pergi menjumpai teman-temannya.
Sebagian dari mereka berkata: “Demi Allah, Abul Walid datang kepada
kalian dengan raut muka yang berbeda dengan ketika ia berangkat.” Utbah
meminta kepada mereka supaya memanggil Rasul Allah saw, akan tetapi
mereka enggan. Mereka malah berkata: “Ia telah menyihirmu dengan
ucapannya.”
Jika kita perhatikan percakapan antara Rasulullah
dengan Utbah sungguh sangat menarik. Selain bobot pembicaraannya yang
bagus, cara dialognya juga mempesona. Rasulullah sebagai tuan rumah
terlebih dahulu mempersilahkan tamunya untuk menyampaikan maksud
kedatangannya. Dengan penuh perhatian beliau mendengarkan sampai
pembicara tuntas menyampaikan maksudnya. Beliau tidak memotong
pembicaraan lawan bicaranya, malah beliau bertanya kepadanya, Wahai Abul
Walid, apakah kamu sudah selesai? *
Allahu ya anta, pertemukanlah aku dengan sosok yang sangat mulia di mataMu disana...amiin
Kebiasaan
kelima menunjukkan bahwa “ the secret of living is giving ” [ rahasia
kehidupan adalah memberi ]. Rasulullah Saw bersabda bahwa tangan di atas
lebih mulia daripada tangan yang di bawah. Surah Al-Baqarah 2:261, “
perumpamaan orang yang memberi di jalan Allah, adalah seumpama sebuah
biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai berisi seratus
biji, dan Allah melipatgandakan bagi siapa yang dikehendaki-Nya, dan
Allah Maha Luas [ kurnia-Nya ] lagi Maha Mengetahui.
Kebiasaan 6 : Wujudkan Sinergi
Sinergi
adalah soal menghasilkan alternatif ketiga – bukan caraku, bukan
caramu, melainkan cara ketiga yang lebih baik ketimbang cara kita
masing-masing. Memanfaatkan perbedaan-perbedaan yang ada dalam mengatasi
masalah, memanfaatkan peluang. Tim-tim serta keluarga-keluarga yang
sinergis memanfaatkan kekuatan masing-masing individu sehingga secara
keseluruhannya lebih besar seperti ini mengenyampingkan sikap saling
merugikan (1 + 1 = 1/2). Mereka tidak puas dengan kompromi (1 + 1 = 1
½), atau sekedar kerjasama (1 + 1 = 2). Melainkan, mereka kejar
kerjasama yang kreatif (1 + 1 = 3 atau lebih).
Khalifah Umar bin
Khattab pernah berujar bahawa kejahatan yang terorganisir dapat
mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir. Yang harus diingat adalah
agar dapat bersinergi setiap anggota memiliki lima kebiasaan di atas
yaitu proaktif, mulai dari tujuan akhir, dahulukan yang utama,berfikir
menang-menang dan berusaha memahami dahulu baru difahami. Allah Swt
mengingatkan agar kita hanya bersinergi dalam melakukan kebaikan bukan
dalam berbuat dosa dan permusuhan [ Al-Maidah 5:2 ]
Dan tolong
menolonglah kamu dalam (mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah pada
Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaNya.
Berikut ini kisah Nabi
Muhammad dan Salman Alfaritsi yang terkenal adalah karena idenya
membuat parit dalam upaya melindungi kota Madinah dalam Perang Khandaq.
Demikianlah
pada suatu hari Kaum Muslimin tiba-tiba melihat datangnya pasukan
tentara yang besar mendekati kota Madinah, membawa perbekalan banyak dan
persenjataan lengkap untuk menghancurkan. Kaum Muslimin panik dan
mereka bagaikan kehilangan akal melihat hal yang tidak diduga-duga itu.
Keadaan mereka dilukiskan oleh al-Quran sebagai berikut:
Ketika
mereka datang dari sebelah atas dan dari arah bawahmu, dan tatkala
pandangan matamu telah berputar liar, seolah-olah hatimu telah naik
sampai kerongkongan, dan kamu menaruh sangkaan yang bukan-bukan terhadap
Allah. (Q.S. 33 al-Ahzab:l0)
24.000 orang prajurit di bawah
pimpinan Abu Sufyan dan Uyainah bin Hishn menghampiri kota Madinah
dengan maksud hendak mengepung dan melepaskan pukulan menentukan yang
akan menghabisi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, Agama serta para
shahabatnya.
Pasukan tentara ini tidak saja terdiri dari
orang-orang Quraisy, tetapi juga dari berbagai kabilah atau suku yang
menganggap Islam sebagai lawan yang membahayakan mereka. Dan peristiwa
ini merupakan percobaan akhir dan menentukan dari fihak musuh-musuh
Islam, baik dari perorangan, maupun dari suku dan golongan.
Kaum
Muslimin menginsafi keadaan mereka yang gawat ini, Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam-pun mengumpulkan para shahabatnya untuk
bermusyawarah. Dan tentu saja mereka semua setuju untuk bertahan dan
mengangkat senjata, tetapi apa yang harus mereka lakukan untuk bertahan
itu?
Ketika itulah tampil seorang yang tinggi jangkung dan
berambut lebat, seorang yang disayangi dan amat dihormati oleh
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Itulah dia Salman al-Faritsi
radhiyallahu 'anhu!' Dari tempat ketinggian ia melayangkan pandang
meninjau sekitar Madinah, dan sebagai telah dikenalnya juga didapatinya
kota itu di lingkungan gunung dan bukit-bukit batu yang tak ubah bagai
benteng juga layaknya. Hanya di sana terdapat pula daerah terbuka, luas
dan terbentang panjang, hingga dengan mudah akan dapat diserbu musuh
untuk memasuki benteng pertahanan.
Di negerinya Persi, Salman
Alfaritsi radhiyallahu 'anhu telah mempunyai pengalaman luas tentang
teknik dan sarana perang, begitu pun tentang siasat dan liku-likunya.
Maka tampillah ia mengajukan suatu usul kepada Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam yaitu suatu rencana yang belum pernah dikenal oleh
orang-orang Arab dalam peperangan mereka selama ini. Rencana itu berupa
penggalian khandaq atau parit perlindungan sepanjang daerah terbuka
keliling kota. Rasulullah bermusyawarah dengan para sahabat tentang
strategi menghadapi mereka, dan akhirnya gagasan Salman Alfaritsi dari
negeri Parsi disetujui.
Dan hanya Allah yang lebih mengetahui apa
yang akan dialami Kaum Muslimin dalam peperangan itu seandainya mereka
tidak menggali parit atas usul Salman Alfaritsi radhiyallahu 'anhu
tersebut.
Demi Quraisy menyaksikan parit terbentang di
hadapannya, mereka merasa terpukul melihat hal yang tidak
disangka-sangka itu, hingga tidak kurang sebulan lamanya kekuatan mereka
bagai terpaku di kemah-kemah karena tidak berdaya menerobos kota.
Dan
akhirnya pada suatu malam Allah Ta'ala mengirim angin topan yang
menerbangkan kemah-kemah dan memporak-porandakan tentara mereka. Abu
Sufyan pun menyerukan kepada anak buahnya agar kembali pulang ke kampung
mereka ... dalam keadaan kecewa dan berputus asa serta menderita
kekalahan pahit ...
Sewaktu menggali parit, Salman radhiyallahu
'anhu tidak ketinggalan bekerja bersama Kaum Muslimin yang sibuk
menggali tanah. Juga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ikut
membawa tembilang dan membelah batu.
Kisah diatas adalah contoh
komunitas umat nabi Muhammad dan para sahabat beliau yang saling
bersinergi untuk menghadapi perang Khandaq.
Semoga kita bisa mengambil ghirah dan hikmah betapa pentingnya bersinergi.
Kebiasaan 7 : Mengasah Gergaji
Mengasah
gergaji adalah soal memperbaharui diri terus-menerus dalam keempat
bidang kehidupan dasar: fisik, sosial/emosional, mental, dan
rohaniah/spiritual. Kebiasaan inilah yang meningkatkan kapasitas kita
untuk menerapkan kebiasaan-kebiasaan efektif lainnya.
Rasulullah mengajar agar kita terus mengasah gergaji fisik, mental, sosial / emosional, dan spiritual dimana beliau bersabda:
“
Orang Islam adalah orang yang begitu sibuk memperbaiki diri, sehingga
tidak memiliki waktu lapang untuk mencari-cari aib orang lain. Orang
Islam adalah orang yang hari ini lebih baik daripada kemarin dan hari
esok lebih baik darihari ini. Amal perbuatan yang paling disukai Allah
adalah amal yang dilakukan terus-menerus walaupun sedikit ”.
Alangkah
indahnya jika kita bisa menerapkan seven habits versi islam ini dengan
visi misi dan tujuan yang jelas mengarah kepada kebaikan di dunia dan di
akhirat, menghisab diri jadi lebih mudah karena ada parameter dan
indikator keberhasilan yang bukan untuk dibanggakan jika kita berhasil
mencapainya tapi untuk disyukuri. Semoga bisa jadi salah satu solusi
agar kita bisa mencapai tujuan everlasting kita, dunia bahagia akhirat
surga.Yukk kita mulai dari sekarang, Allahuakbar!
Wallahualam bissawab. Mohon dimaafkan jika ada yang kurang berkenan.
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ilaaha illa anta astaghfiruka waatubu illaik.
Referensi:
haqiqie.wordpress.com
belajarbersama.multiply.com
www.Hidayatullah.com
kisahsufi.wordpress.com
id.wikipedia.org/wiki/Salman_al-Farisi
http://evayulianti.blogspot.com
Setiap orang mempunyai kelebihan masing-masing, tentunya kita tidak boleh memanding-bandingkan diri. Tetap usaha, gali, temukan potensi dan passion kita dimana. :)
ReplyDeletepostingannya bagus, terima kasih
ReplyDelete