“ Dan berilah peringatan. Sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” ( QS Adz Dzariyat:55 )
Ahli tafsir menulis bahwa maksud
ayat di atas adalah memberikan nasihat dengan memperdengarkan ayat-ayat
Al Qur’an yang tentu sangat bermanfaat. Adapun manfaatnya bagi
orang-orang mukmin tentunya sudah sangat jelas. Sedangkan bagi
orang-orang kafir, karena dengan usaha ini, insya Allah mereka dapat
menjadi beriman dan akan termasuk di dalam ayat di atas. Namun
sayangnya, pada zaman ini, kesempatan untuk berdakwah dan bertabligh
sudah hampir tertutup. Umumnya, para mubaligh hanya ingin menunjukkan
kepandaian dan kefasihan berbicara supaya para pendengar memujinya.
Padahal, Rasulullah saw bersabda bahwa barangsiapa belajar seni pidato
dan berbicara agar manusia condong kepadanya, maka amal ibadahnya, baik
yang fadhu atau yang sunnah tidak akan diterima pada hari kiamat.
Ayat ke-3
“
Dan suruhlah keluargamu ( ummatmu ) dengan shalat dan bersabarlah
atasnya. Kami tidak meminta rezeqi kepadamu, Kamilah yang memberimu
rezeqi. Dan akibat yang ( baik ) itu bagi orang yang bertaqwa.” ( QS
Thaahaa: 132 )
Banyak hadits yang menyatakan bahwa jika Rasulullah saw berpikir untuk
menghilangkan kesempitan hidup seseorang, maka Beliau akan menyuruhnya
mengerjakan shalat. Kemudian Beliau akan membacakan ayat di atas,
seakan-akan Beliau mengisyaratkan bahwa janji dilapangkannya rezeqi itu
bergantung pada dijaganya shalat. Alim ulama menegaskan bahwa mengapa di
dalam ayat ini seseorang diperintah untuk menjaga shalatnya sendiri, di
samping memerintahkan orang lain untuk shalat, karena hal itu akan
lebih bermanfaat dan akan memberikan kesan kepada orang lain, sehingga
orang lain juga akan menjaga shalat.
Oleh karena itu, Allah swt mengutus
para Nabi dengan membawa hidayah. Mereka datang ke tengah-tengah
kaumnya sebagai suri teladan. Mereka mengamalkan apa yang mereka
sampaikan, sehingga orang yang mau mengamalkannya akan merasa mudah. Dan
tidak terlintas di dalam pikirannya bahwa hukum agama itu atau itu,
susah untuk diamalkan. Setelah itu, di dalam ayat di atas, Allah swt
menjanjikan rezeqi untuk orang yang menegakkan shalat. Kemaslahatan
janji itu adalah bahwa terkadang secara lahiriyyah, menjaga shalat tepat
pada waktunya akan menimbulkan kerugian dalam pekerjaan, terutama dalam
berdagang, bekerja sebagai buruh dan sebagainya. Namun demikian, Allah
swt membantahnya bahwa rezeqi adalah tanggungan-Nya. Semua ini baru
urusan dunia. Dan disebutkan juga bahwa kebahagiaan sesungguhnya hanya
akan dicapai oleh orang-orang yang bertaqwa. Selain mereka, tidak ada
seorangpun yang akan mendapatkan kebahagiaan yang hakiki.
No comments:
Post a Comment